Lomban dapat diartikan “Lomba – lomba” berarti masyarakat nelayan pada masa itu bersenang-senang melaksanakan lomba – lomba laut. Adapula sebagian mengatakan bahwa kata-kata “lomban” berasal dari kata “lelumban” atau bersenang senang. Semuanya mempunyai makna yang sama yaitu merayakan hari raya dengan bersenang senang setelah berpuasa ramadhan sebulan penuh. Pesta lomban merupakan acara puncak dari pekan syawalan yang diselenggarakan pada tanggal 8 syawal atau 1 minggu setelah hari raya idul fitri.
Pesta lomban juga sering disebut dengan “Bodo Kupat” karena seluruh masyarakat jepara mulai dari desa hingga perkotaan merayakannya dengan menikmati hidangan kupat lepet dan disertai dengan opor serta sambal goreng. Kupat dan lepet dipercaya sebagai tolak balak, serta digunakan sebagai kalung untuk kerbau dan sapi. Selain hidangan khas bakda kupat dengan kupat lepetnya, masyarakat jepara masih menyediakan aneka macam makanan kecil dan memakai baju baru untuk berrpesta di acara pesta lomban di pantai kartini. Pada saat pesta Lomban berlansung semua pasar di Jepara tutup tidak ada pedagang yang berjualan semuanya berbondong-bondong ke Pantai Kartini.
Pesta Lomban berlangsung sejak jam 06.00 pagi dimulai dengan upacara Pelepasan Sesaji dari TPI Ujungbatu. Upacara ini dipimpin oleh pemuka agama desa Ujungbatu dan dihadiri oleh Bapak Bupati Jepara dan para pejabat Kabupaten lainnya. Setelah dilepas dengan do’a sesaji berupa kepala kerbau ini di”LARUNG” ke tengah lautan, pelarungan sesaji ini dipimpin oleh Bupati Jepara. Sementara sesaji dilarung ke tengah lautan, para peserta pesta lomban menuju ke “Teluk Jepara” untuk bersiap melakukan perang laut dengn amunisi berbagai macam ketupat dan lepet tersebut. Kemudian kepala kerbau akan di perebutkan oleh para nelayan yang telah menanti di tengah lautan.
Menurut mitos, siapa yang berhasil mendapatkan sesaji kepala kerbau yang dilarung, akan mendapatkan rezeki yang berlimpah ruah. Pesta ini dimulai pada pagi hari saat matahari terbit, para peserta lomban telah bangun dan menuju perahunya untuk mempersiapkan “Amunisi” yang digunakan dalam “Perang Teluk Jepara”. Masyarakat jepara menganggap pesta lomban sebagai upacara ritual tahunan.
Keterkaitannya antara Pendidikan Budaya dan Sejarah Lomban bisa menjadi media untuk mengenalkan generasi muda terhadap sejarah dan budaya lokal Jepara. Melalui partisipasi dalam acara tersebut, anak-anak dan remaja belajar tentang nilai-nilai kebersamaan, gotong-royong, dan pentingnya menjaga tradisi tentang Lingkungan dan Ekosistem Laut. Lomban juga sangat berkaitan dengan hasil laut, acara ini dapat menjadi kesempatan untuk mengajarkan pentingnya keberlanjutan lingkungan kepada masyarakat, terutama kepada anak-anak. Pendidikan tentang pengelolaan sumber daya alam dan perlindungan ekosistem laut dapat diterapkan dalam kegiatan ini.Peristiwa Lombanan juga dapat mengembangkan Kreativitas, seperti mendekorasi perahu atau merancang permainan. Hal ini bisa menjadi ruang bagi anak-anak dan remaja untuk mengembangkan keterampilan seni dan inovasi. Acara lomban juga dapat mengajarkan nilai-nilai ekonomi, terutama bagi masyarakat pesisir yang bergantung pada hasil laut. Kegiatan ini bisa memberi wawasan tentang pentingnya usaha keras, pengelolaan sumber daya, dan cara mengelola potensi ekonomi local.
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Nama Anggota : Hilya Nafisah (24130332)
Tiara Ferliza Putri (24120338)
Pretty Felicia Labibah (23120346)
Salsabila Umi Nur Janah (24120352)
Silviana Arinda Aulia Putri (24120352)